Mitigasi Pesisir
• Upaya Struktur
❖ Metode perlindungan Buatan
❖ (Breakwater, Seawall, Groin)
❖ Metode Perlindungan Alami
❖ (Mangrove, sand dune, terumbu karang,tumbuhanpantai)
• Upaya non Struktur
❖ Peta Daerah rawan Bencana
❖ Relokasi daerah rawan bencana
❖ Tata ruang / tata guna lahan
❖ Informasi Publik / penyuluhan
❖ Penegakan hukum
• Kendala upaya struktur
❖ Terbatasnya anggaran
❖ Belum tentu sesuai untuk daerah rawan BENCANA
• Kendala upaya non struktur
❖ Sosial budaya masyarakat
❖ Lemahnya penegakan hukum
❖ Singkatnya waktu datang banjir dan tsunami (arrival time)
Program Mitigasi Bencana (Dept. Kelautan dan Perikanan)
1. Identifikasi daerah rawan bencana
2. Menyusun kebijakan mitigasi bencana di wilayah pesisir
3. Menyusun prosedur penanggulangan bencana
4. Mengurangi dan mengantisipasi dampak kerusakan akibatbencana
5. Pembuatan basis data dan peta kerusakan akibat bencana
Mitigasi Bencana
1. Di Laut
▪ Pengembangan Daerah Perlindungan Laut
▪ Perbaikan ekosistem terumbu karang melalui terumbu buatan
▪ Pengembangan Silvofishery
▪ Rehabilitasi sempadan pantai melalui penanaman mangrove
2. Di Darat
▪ Penataan Ruang/ Zonasi
Perbaikan Ekosistem Terumbu Karang Melalui TerumbuKarang
Terumbu buatan adalah struktur atau kerangka yang sengaja dipasangkan ke dalam laut yang ditujukan sebagaitempat berlindung dan habitat bagi organisme laut atau sebagai pelindung pantai.
Arti Penting Terumbu Buatan
• Menarik dan mengumpulkan organisme sehingga lebihmudah dan efisien upaya penangkapannya
• Melindungi organisme kecil, anak ikan dan ikan mudaterhadap pemanenan dan penangkapan yang lebih dini;
• Melindungi kawasan asuhan terhadap cara-cara pemanfaatan dan penangkapan yang bersifat merusak; dan
• Dalam jangka panjang, meningkatkan produktivitas alamimelalui cara suplai habitat baru bagi ikan dan organismeyang menempel permanen;
• Perlindungan ekosistem pesisir
Pengembangan Silvofishery (Wanamina)
Empang (20%) dan Mangrove (80 %)
Pengembangan Silvofishery (Wanamina)
Pola Wanamina Empang Parit
Pengembangan Silvofishery (Wanamina)
Pola Wanamina Empang Parit Yang Disempurnakan
Pengembangan Silvofishery (Wanamina)
Pola Wanamina Komplangan
PRINSIP-PRINSIP PENENTUAN FUNGSI KEGIATAN DIMASING- MASING ZONA
Zona I (zona konservasi)
• Fungsi kegiatan langsung berhubungan dengan laut atauekosistem pesisir dan laut, contoh : hutan mangrove, pertambakan, prasarana kelautan dan perikanan, wisatabahari.
• Kegiatan tidak menciptakan munculnya perkembanganpenduduk secara besar-besaran, contoh : tempat latihanmiliter, pos keamanan, jalan dan perkebunan.
• Kegiatan tidak berperanan berperanan vital bagi wilayah yang lebih luas, artinya jika terjadi kehancuran akanmenyebabkan kelumpuhan total. Misalnya tidakmenempatkan fasilitas ; kelistrikan, telekomunikasi, pemerintahan, keuangan, logistik, dan lain-lain.
Zona II (zona penyangga)
• Fungsi kegiatan tidak langsung berhubungan dengan lauttetapi berkaitan dengan produksi hasil laut dan perikanan, contoh : permukiman nelayan, industri hasil perikanan.
• Kegiatan tidak menciptakan munculnya pemusatanpenduduk secara besar-besaran dalam 24 jam, contoh : perkebunan, perhotelan, pasar iakan, fasilitas lingkungan.
• Kegiatan tidak berperanan vital bagi wilayah yang lebih luas, artinya jika terjadi kehancuran akan menyebabkankelumpuhan total. Misalnya tidak menempatkan fasilitas ;kelistrikan, telekomunikasi, pemerintahan, keuangan, logistik, dan lain-lain.
Zona III (zona bebas)
• Fungsi kegiatan tidak langsung berhubungan dengan laut. Contoh : perkotaan, perindustrian, pemerintahan, perdagangan dan jasa.
• Kegiatan yang merupakan pusat kegiatan pendudukperkotaan, contoh : fasilitas pendidikan, perdagangan dan jasa.
• Kegiatan berperanan vital bagi wilayah yang lebih luas, contoh ; kelistrikan, telekomunikasi, pemerintahan, keuangan, logistik, dan lain-lain.