Friday, April 30, 2021

Mitigasi Pesisir

Mitigasi Pesisir

• Upaya Struktur
❖ Metode perlindungan Buatan
❖ (Breakwater, Seawall, Groin)
❖ Metode Perlindungan Alami
❖ (Mangrove, sand dune, terumbu  karang,tumbuhanpantai)
• Upaya non Struktur
❖ Peta Daerah rawan Bencana
❖ Relokasi daerah rawan  bencana
❖ Tata ruang / tata guna lahan
❖ Informasi Publik / penyuluhan
❖ Penegakan hukum
• Kendala upaya struktur
❖ Terbatasnya anggaran
❖ Belum tentu sesuai untuk  daerah rawan BENCANA
• Kendala upaya non struktur
❖ Sosial budaya masyarakat
❖ Lemahnya penegakan hukum
❖ Singkatnya waktu datang  banjir dan tsunami (arrival  time)

 

Program Mitigasi Bencana (Dept. Kelautan dan Perikanan)

1. Identifikasi daerah rawan bencana
2. Menyusun kebijakan mitigasi bencana di  wilayah pesisir
3. Menyusun prosedur penanggulangan  bencana
4. Mengurangi dan mengantisipasi dampak  kerusakan akibatbencana
5. Pembuatan basis data dan peta kerusakan  akibat bencana

 

Mitigasi Bencana

1. Di Laut
▪ Pengembangan Daerah Perlindungan Laut
▪ Perbaikan ekosistem terumbu karang melalui terumbu buatan
▪ Pengembangan Silvofishery
▪ Rehabilitasi sempadan pantai melalui penanaman mangrove
2. Di Darat
▪ Penataan Ruang/ Zonasi

 

 

Perbaikan Ekosistem Terumbu Karang Melalui TerumbuKarang

Terumbu buatan adalah  struktur atau kerangka  yang sengaja  dipasangkan ke dalam  laut yang ditujukan  sebagaitempat  berlindung dan habitat  bagi organisme laut atau sebagai pelindung  pantai.

Arti Penting Terumbu Buatan

• Menarik dan mengumpulkan organisme sehingga  lebihmudah dan efisien upaya penangkapannya
• Melindungi organisme kecilanak ikan dan ikan  mudaterhadap pemanenan dan penangkapan  yang lebih dini;
• Melindungi kawasan asuhan terhadap cara-cara pemanfaatan dan penangkapan yang bersifat  merusak; dan
• Dalam jangka panjangmeningkatkan produktivitas  alamimelalui cara suplai habitat baru bagi ikan dan  organismeyang menempel permanen;
• Perlindungan ekosistem pesisir

 

Pengembangan Silvofishery (Wanamina)

Empang (20%) dan Mangrove (80 %)

 

Pengembangan Silvofishery (Wanamina)

Pola Wanamina Empang Parit

 

 

 

 

 

Pengembangan Silvofishery (Wanamina)

Pola Wanamina Empang Parit Yang  Disempurnakan

 

Pengembangan Silvofishery (Wanamina)

Pola Wanamina Komplangan

 

 

PRINSIP-PRINSIP PENENTUAN FUNGSI KEGIATAN DIMASING-  MASING ZONA

Zona I (zona konservasi)

• Fungsi kegiatan langsung berhubungan dengan laut atauekosistem  pesisir dan lautcontoh : hutan mangrove, pertambakanprasarana  kelautan dan perikananwisatabahari.
• Kegiatan tidak menciptakan munculnya perkembanganpenduduk  secara besar-besarancontoh : tempat latihanmiliter, pos keamanan,  jalan dan perkebunan.
• Kegiatan tidak berperanan berperanan vital bagi wilayah yang lebih  luasartinya jika terjadi kehancuran akanmenyebabkan kelumpuhan  total. Misalnya tidakmenempatkan fasilitas ; kelistrikan,  telekomunikasipemerintahankeuanganlogistik, dan lain-lain.

Zona II (zona penyangga)

• Fungsi kegiatan tidak langsung berhubungan dengan lauttetapi  berkaitan dengan produksi hasil laut dan perikanancontoh :  permukiman nelayanindustri hasil perikanan.
• Kegiatan tidak menciptakan munculnya pemusatanpenduduk secara  besar-besaran dalam 24 jam, contoh : perkebunanperhotelan, pasar  iakanfasilitas lingkungan.
• Kegiatan tidak berperanan vital bagi wilayah yang lebih luasartinya  jika terjadi kehancuran akan menyebabkankelumpuhan total.  Misalnya tidak menempatkan fasilitas ;kelistrikantelekomunikasi,  pemerintahankeuanganlogistik, dan lain-lain.

Zona III (zona bebas)

• Fungsi kegiatan tidak langsung berhubungan dengan lautContoh :  perkotaanperindustrianpemerintahanperdagangan dan jasa.
• Kegiatan yang merupakan pusat kegiatan pendudukperkotaan,  contoh : fasilitas pendidikanperdagangan dan jasa.
• Kegiatan berperanan vital bagi wilayah yang lebih luascontoh ;  kelistrikantelekomunikasipemerintahankeuanganlogistik, dan  lain-lain.

Fase Bulan dan Pasang Surut Air Laut.